Prof. Dr. Boediono
Sedikit Bicara, Banyak Bekerja
Pro dan Kontra
Boediono beristrikan Herawati dan memiliki dua anak, Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan. Ia memperoleh gelar Bachelor of Economics (Hons.) dari University of Western Australia pada 1967. Lima tahun kemudian, ia meraih Master of Economics dari Monash. University, Australia. Kemudian pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar Ph.D.dalam bidang ekonomi dari Wharton Business School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat.
Boediono pertama kali menjadi menteri pada 1998 dalam Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke Abdurrahman Wahid, ia digantikan oleh Kwik Kian Gie.
Ia kembali masuk ke kabinet sebagai sebagai Menteri Keuangan pada 2001, dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli. Sebagai Menteri Keuangan, ia membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut.
Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pada 2004, Boediono memilih beristirahat dari posisi di pemerintahan dan kembali mengajar. Tapi Boediono kembali mendapat panggilan tugas negara saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan kabinet pada 5 Desember 2005. Boediono menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian.
Pada 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .
Kendati sudah melanglang buana ke berbagai posisi, Boediono menyatakan dunia pendidikan adalah cinta pertamanya. Mengajar dan menulis adalah kegiatan yang sangat dia cintai. Dalam berbagai kesempatan, Boediono selalu menyempatkan berdialog dengan pelajar dan generasi muda. Boediono selalu menitipkan pesan, generasi muda harus mampu tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter, berintegritas, dan cinta kepada tanah air Indonesia. "Hati saya luluh jika berhadapan dengan anak-anak," katanya suatu ketika.
Karya dan PublikasiSedikit Bicara, Banyak Bekerja
Pro dan Kontra
- Baik sekarang sebagai wakil presiden maupun ketika masih menjabat Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Ekonomi, ataupun Gubernur BI, kebijakan Boediono disikapi secara beragam oleh berbagai kalangan.
- Pasar diprediksi akan sambut positif pemilihannya sebagai calon wakil presiden.[16][17][18]
- Beberapa pengusaha merasa sangat yakin dengan kemampuan ekonominya, namun masih meragukan kemampuan politiknya.[19]
- Isu penentangan Boediono sebagai cawapres yang lain adalah bahwa ia tidak mewakili tokoh partai, dan ia bukan pula representasi dari partai politik Islam sebagaimana Gus Dur-Mega, Mega-Hamzah Haz dan SBY-JK.[20][21]
- Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara dan Perbankan Syariah berhasil diwujudkan ketika Boediono menjabat Menteri Koordinator Perekonomian pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.[22][23]
- Hendri Saparini, orang dekat Rizal Ramli[24][25], dan analis ekonomi-politik, melihat Boediono, yang kini menjabat gubernur BI hendak membawa negara Indonesia ke arah neoliberal. Indikasinya, utang negara secara nominal bertambah Rp 400 triliun dalam periode 2004-2009.[26]. Walau demikian, perlu dicatat bahwa sebenarnya rasio hutang(debt ratio) kita turun drastis dari 100% di tahun 1999, 56% di tahun 2004, dan tahun 2009 tinggal 30-35% [27] sekalipun nominal besarnya utang kurang lebih sama selama periode 2003-2008[28]
- Pada saat menjabat sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Pemerintahan Megawati Soekarnoputri, Boediono menyatakan bahwa pada dasarnya subsidi bagi rakyat harus dihapus. Ketika para petani tebu meminta proteksi, Boediono dengan menyarankan agar petani tebu menanam komoditas lain bila tebu dinilai tidak menguntungkan, ini dinilai sejumlah kalangan bertentangan dengan orientasi kemandirian pangan. Tampaknya pendapat Boediono sejalan dengan Taufiq Kiemas, suami Megawati, yang menyatakan bahwa subsidi seperti candu. [29]
- Kwik Kian Gie mengatakan, Boediono memiliki peran penting dalam proses keluarnya kebijakan pemerintah terkait penyelesaian BLBI. Pasalnya, Boediono saat itu merupakan menteri keuangan pemerintahan Megawati yang tahu betul tata cara penyelesaian utang bagi para obligor BLBI. Dia (Boediono) tahu seluk-beluk ini (BLBI)[30][31]
- Sejumlah ekonom seperti Ekonom UGM, Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro dan Chief Economist BNI, Tony Prasetiantono, menilai tuduhan kepada Boediono sebagai figur yang mengusung neoliberalisme dan titipan dari pihak asing sangatlah tidak berdasar. Boediono justru termasuk orang yang dekat dengan almarhum Prof. Mubyarto, tokoh UGM yang terkenal dengan gagasan ekonomi kerakyatan. Sepulang dari lulus PhD di Wharton School, University of Pennsylvania, Boediono turut membantu Prof. Mubyarto mengorganisasi Seminar Ekonomi Pancasila saat Dies Natalis Fakultas Ekonomi UGM di Bulaksumur, September 1980. Ketika hasil seminar ini dibukukan berjudul 'Ekonomi Pancasila' (penerbit BPFE Yogyakarta) tahun 1981, Boediono adalah editor buku tersebut. 'Ekonomi Pancasila' inilah yang bertransformasi dan dikenal sebagai 'Ekonomi Kerakyatan' belakangan ini. [32][33]
- Ekonom Faisal Basri juga menganggap tudingan 'neoliberal' dan 'antek IMF' pada Boediono sangat tidak berdasar. Ia justru menganggap kinerja Boediono dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti di pemerintahan Megawati cukup mengesankan dalam menstabilkan perekonomian Indonesia yang kacau kala itu. Boediono yang masuk kembali ke pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pasca-reshuffle kabinet juga dinilai berhasil menyelamatkan perekonomian Indonesia yang sempat mengalami kemunduran dalam 2 tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu pra-reshuffle[
- Prof. Dr. Boediono,M.Ec. lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943. Masyarakat mengenal Boediono sebagai sosok yang sedikit bicara tetapi banyak bekerja. Pribadinya sederhana, pembawaannya tenang dengan senyumnya yang khas. Rekam jejaknya membuktikan bahwa ia piawai dalam menjalankan tugas di berbagai posisi yang pernah ia lalui.
sedikit biografi profil beliau yang terus menjadi pro kontra
Ini mungkin yang menarik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminangnya sebagai Wakil Presiden untuk masa jabatan 2009-2014. Dalam kompetisi pemilihan presiden secara langsung pada 8 Juli 2009, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono menang dengan perolehan suara 60,8% Pada 20 Oktober 2009, Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Boediono sebagai Wakil Presiden RI yang ke-sebelas setelah Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadikusumah, Soedharmono, Try Soetrisno, BJ Habibie, Megawati Soekarnoputri, Hamzah Haz, dan Muhammad Jusuf Kalla.Boediono beristrikan Herawati dan memiliki dua anak, Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan. Ia memperoleh gelar Bachelor of Economics (Hons.) dari University of Western Australia pada 1967. Lima tahun kemudian, ia meraih Master of Economics dari Monash. University, Australia. Kemudian pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar Ph.D.dalam bidang ekonomi dari Wharton Business School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat.
Boediono pertama kali menjadi menteri pada 1998 dalam Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke Abdurrahman Wahid, ia digantikan oleh Kwik Kian Gie.
Ia kembali masuk ke kabinet sebagai sebagai Menteri Keuangan pada 2001, dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli. Sebagai Menteri Keuangan, ia membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut.
Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pada 2004, Boediono memilih beristirahat dari posisi di pemerintahan dan kembali mengajar. Tapi Boediono kembali mendapat panggilan tugas negara saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan kabinet pada 5 Desember 2005. Boediono menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian.
Pada 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .
Kendati sudah melanglang buana ke berbagai posisi, Boediono menyatakan dunia pendidikan adalah cinta pertamanya. Mengajar dan menulis adalah kegiatan yang sangat dia cintai. Dalam berbagai kesempatan, Boediono selalu menyempatkan berdialog dengan pelajar dan generasi muda. Boediono selalu menitipkan pesan, generasi muda harus mampu tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter, berintegritas, dan cinta kepada tanah air Indonesia. "Hati saya luluh jika berhadapan dengan anak-anak," katanya suatu ketika.
- Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?: Kumpulan Esai Ekonomi, 2009, PT Gramedia, Jakarta. ISBN 978-979-91-0189-1.
- Stabilization in A Period of Transition: Indonesia 2001-2004. dalam The Australian Government-The Treasury, Macroeconomic Policy and Structural Change in East Asia: Conference Proceedings, Sydney (2005), ISBN 0-642-74290-1, 43-48 pp.
- 'Managing The Indonesian Economy: Some Lessons From The Past?', Bulletin of Indonesia Economic Studies, 41(3):309-324, December 2005.
- 'Professor Mubyarto, 1938-2005'. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 41(2):159-162, August 2005.
- 'Kebijakan Fiskal: Sekarang dan Selanjutnya?', dalam Subiyantoro dan S. Riphat (Eds.). 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi. Penerbit Buku Kompas, 43-55 pp.
- The International Monetary Fund Support Program in Indonesia: Comparing Implementation Under Three Presidents. Bulletin of Indonesia Economic Studies, 38(3): 385-392, December 2002.
- Boediono. 2001. Indonesia menghadapi ekonomi global. BPFE. Yogyakarta.
- Boediono. 'Strategi Industrialisasi: Adakah Titik Temu ?', Prisma, Tahun XV, No.1. (1986)
- Mubyarto, Boediono, Ace Partadiredja. 1981. Ekonomi Pancasila. BPFE. Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment