Tuesday, May 14, 2013

ilmu pengetahuan dan agama islam serta pengalaman

Memperkaya diri dengan ILMUdalam muslim 
Perintah yang pertama-tama di turunkan oleh Allah adalah perintah memperkaya diri dengan ilmu pengetahauan itulah makna beriqra sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
اقــرأ بــســم ربـك الـدي خـلـق
Yang artinya:
Bacalah dengan menyebut nama tuhammu yang menciptakan.
Menurut ulama perintah ber اقــرأ dalam ayat ini tidak disebutkan objek bacaannya, sehingga yang diperinahkan untuk dibaca adalah objek bacaan secara umum, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Namun, menurut teori keilmuan dalam Islam, objek bacaan hanya satu. yaitu ayat-ayat Allah yang pada garis besarnya terdiri atas ayat-ayat qauliyah yang terhimpun dalam muhzab Alquran, dan ayat ayat kauniyah yang terhampar dalam alam semesta.

Dengan demikian, kita diperintahkan untuk memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Namun, seluruh ilmu pengetahuan yang dipelajari hendaknya dapat menumbuhkan nilai-nilai keilahian dalam diri kita untuk bertakarrub ilallah. Sehingga semakin dalam pengetahuan seseorang semakin dekat kepada Allah, semakin mantap ibadahnya, dan semakin santung budi pekertinya.

Itulah makna بــســم ربـك . Selanjutnya, kita diperintahkan untuk memperkaya diri dengan keterampilan sebagai modal berkarya, itulah makna. الـدي خـلـق
Jadi, setiap orang Islam dituntut agar senantiasa memperkaya akalnya dengan ilmu pengetahuan, mengisi hatinya dengan nilai-nilai keimanan, serta mengembangkan potensi kekaryaan dengan memperkaya diri berbagai keterampilan.
Intinya:
kembangkanlah potensi keilmuan, keimanan, dan kekaryaan secara beribang, menuju kepada ilmu amaliyah, dan amal yang imaniah, agar seluruh aktivitas kita bernilai ibadah.

Retorika Ilmu Pengetahuan
Retorika adalah ilmu berbicara mempengaruhi orang lain. Sains adalah ilmu untuk memformulasikan jawaban dari kejadian-kejadian alam. Akan saya jelaskan mengapa kedua hal ini sering dianggap tidak cocok satu sama lain. Mungkin anda bisa menduganya sekarang.

Retorika adalah ilmu untuk mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain persuasi. Misalnya saja anda sendang menginginkan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk anda, anda akan menggunakan segala macam bahasa, gaya, gerak tubuh dan argumen untuk mempengaruhi lawan bicara anda. Dalam retorika mungkin anda juga akan memakai perumpamaan yang dilebih-lebihkan dan bahasa yang manis.

Pandangan ini tentu saja terasa menjijikkan bagi penganut kesucian dan kebenaran objektivitas pengetahuan. Bagaimana mungkin ilmu yang murni merupakan bentuk kejujuran suci dalam upaya tulus dalam mengungkap misteri-misteri alam berhubungan dengan ilmu jilat-menjilat. Bukankah itu semacam kemurtadan?

Sebenarnya ilmu sangat berkaitan dengan retorika. Memang aneh, tapi kita sering mendengar para politikus menggunakan berbagai argumen ilmu pengetahuan demi melancarkan pengaruhnya. Misalnya menggunakan global warming sebagai isu. Belum lagi iklan-iklan produk yang menggunakan gaya ilmu pengetahuan untuk menjual produknya. Di kalangan ilmuwan kita bisa memberi contoh mereka yang harus berdesak-desakan untuk mencari curahan dana dari para sponsor penelitian.

Jika mereka menggunakan berbagai jargon tidak jelas, gagu dalam berbicara dan kering. Bagaimana para donatur bisa tertarik, mungkin mengerti juga tidak. Berbeda dengan mereka yang menjelaskan dengan baik dan memberi gambaran yang mudah. Mereka memerlukan retorika. Apalagi jika harus bertemu dengan publik, mereka memerlukan ilmu bahasa sendiri untuk menurunkan pengetahuan mereka dari menara gading ke suatu komunitas yang tidak terlalu mendaki tinggi menara itu, atau mereka sibuk dengan menara-menara mereka sendiri.
Sebenarnya peran Retorika dalam ilmu pengetahuan jauh lebih mendasar. Ketika filsuf Ilmu Kuhn menggambarkan perubahan dari Sains biasa ke Sains Revolusioner, dia menunjukkan mengenai bagaimana perubahan paradigma adalah suatu yang menyakitkan. Ketika paradigma lama tidak mewadahi lagi. Terjadi pergulatan di dalam komunitas elit para ilmuwan, pertaruhan karier, putusnya pertemanan dan lain sebagainya. Di sinilah Retorika berguna, kemampuan untuk persuasi – membujuk ke paradigma baru.


Aspek Pengalaman dan Imajinasi pada Ilmu Pengetahuan
Oleh: Undi Gunawan
1Tulisan ini adalah sebuah ulasan singkat dan kritis mengenai bagian pertama daribuku The End of Science: Facing the Limits of Knowledge in the Twilight of theScientific Age karya John Horgan
2. Tulisan ini akan membahas pada tiga poinpembahasan, yaitu: mengenai paham historisisme pada ilmu pengetahuan
3,keterkaitan antara ilmu pengetahuan dengan pengalaman dan peran imajinasi padailmu pengetahuan.Secara umum, bagian pertama dari buku John Horgan ini membahas mengenai aspek
‘kepercayaan’pada ilmu pengetahuan.

 Horgan mengungkapkan mengenai perubahanpandangan mengenai ilmu pengetahuan dari pandangan bahwa ilmu pengetahuan adalahentitas yang satu, universal dan obyektif (unified, universal and objective)menjadi pandangan bahwa ilmu pengetahuan adalah entitas yang majemuk, khusus dansubyektif (plural, particular dansubjective).

Ilmu pengetahuan seolah telah menjadi agama baru bagi kehidupan moderen, ilmupengetahuan dianggap sebagai cara untuk menuju pada sebuah tahapan masyarakatutopis. Konsekuensinya, sama seperti bentuk kepercayaan-kepercayaan lain, ilmupengetahuan tidak terlepas dari permasalahan moral.
"Humans are animals, but we're also moral subjects, the task of religion is moreand more in the moral realm."(Gunther Stent)

Kemajuan ilmu penge

tahuan ditentukan oleh bagaimana ilmu pengetahuan ‘bergerak’menuju sebuah ‘kesempurnaan’ pengetahuan manusia. Ilmu pengetahuan seolah
mempunyai sebuah arah, tujuan dan akhir definitif. Ilmu pengetahuan diharapkanmampu menjelaskan SEMUA fenomena (baik pada diri manusia dan di luar dirimanusia). Ilmu pengetahuan melakukan penyelidikannya secara bergerak pada duaarah; menyelidiki fenomena terkecil (e.g. atom, sel, DNA, dll) dan fenomenaterbesar (e.g. galaxy, kosmos, dll). Kemajuan ilmu pengetahuan kemudian
diharapkan dapat menghasilkan ‘cawan suci

cawan suci’; e.g. keabadian kehidupan
manusia yang bebas dari sakit penyakit, ketersediaan sumber daya enerji yangtidak terbatas, dll yang semuanya diharapkan untuk mencapai puncak pencapaianumat manusia yang damai, bebas dari keterbelakangan, kemiskinan, wabah penyakit,dan perang (immortality, infinity, utopian society).Prediksi dan kekuatiran bahwa ilmu pengetahuan akan mencapai keberakhirannyaadalah sebuah bentuk historisisme. Historisisme adalah sebuah paham yangberkenaan mengenai pandangan serta kepercayaan orang terhadap sesuatu dikaitkandengan keberedaannya pada dimensi waktu, baik itu terhadap masa lalu, mau punterhadap masa depan.

perbedaan pengetahuan,ilmu pengetahuan dan pengalaman
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.(wikipedia)

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.(filsafatindonesia1001)

ilmu pengetauan adalah suatu sistem/ kumpulan pengetahuan yang masing” mengenai lapangan pengalaman tertentu yang dipadukan sacara harmonis.
ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan pengetahuan agar menjadi ilmu?(filsafatindonesia1001)
pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra manusia. Berasal dari kata peng-alam-an. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut pengetahuan.(Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.3)
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : ilmu pengetahuan dan agama islam serta pengalaman

0 comments:

Post a Comment